Beranda | Artikel
Bolehkah Mengqada Salat Sunah? - Syaikh Abdus Salam asy-Syuwaiar #NasehatUlama
Rabu, 3 Agustus 2022

Menurut para ulama, kaidahnya adalah
bahwa sunah yang dibatasi dengan waktu tertentu,
maka tidak sah jika dikerjakan sebelum waktunya
atau setelah keluar dari waktunya.

Adapun melakukannya sebelum waktunya, maka ini tidak sah.

Hal ini tidak diragukan lagi.

Adapun setelah keluar dari waktunya, maka ini disebut qada.

Tidak ada qada untuk ibadah sunah apa pun,
kecuali yang ada landasan dalilnya dari Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam
pernah mengqada Salat Sunah,
baik Salat Malam atau salat lainnya yang dikerjakan di siang hari,
kecuali jika salatnya adalah Salat Witir atau Salat Sunah Rawatib.

Berdasarkan hal ini, maka tidak ada qada untuk Salat Malam
bagi orang yang mendapati fajar telah terbit
sedangkan ia belum mengerjakan Salat Malam.

Dia tidak perlu mengqada salat apa pun setelah terbitnya fajar,|
kecuali Salat Witir saja, tidak untuk salat lainnya.

Dia boleh mengqadanya setelah terbit fajar.

Hal ini memiliki beberapa keadaan, yang barangkali akan kita bahas dengan izin Allah ʿAzza wa Jalla
dalam pertemuan kedua yang berkaitan tentang Salat Witir dan hukum-hukumnya.

====

الْقَاعِدَةُ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ

أَنَّ السُّنَنَ إِذَا كَانَتْ مُؤَقَّتَةً بِوَقْتٍ

فَإِنَّهُ لَا يَصْلُحُ فِعْلُهَا قَبْلَ وَقْتِهَا

وَلَا بَعْدَ خُرُوجِ وَقْتِهَا

فَأَمَّا فِعْلُهَا قَبْلَ وَقْتِهَا فَلَا يَصِحُّ

وَلَا شَكَّ فِي ذَلِكَ

وَأَمَّا بَعْدَ خُرُوجِ الْوَقْتِ فَإِنَّهُ يُسَمَّى قَضَاءً

وَلَا يُقْضَى شَيْءٌ مِنَ السُّنَنِ

إِلَّا مَا وَرَدَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَلَمْ يَثْبُتْ عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

أَنَّهُ قَضَى شَيْئًا مِنَ الصَّلَوَاتِ

لَا مِنْ قِيَامِ اللَّيْلِ وَلَا مِنْ غَيْرِهَا مِنْ صَلَوَاتِ النَّهَارِ

إِلَّا أَنْ تَكُونَ الصَّلَاةُ وِتْرًا

أَوْ أَنْ تَكُونَ مِنَ السُّنَنِ الرَّوَاتِبِ

وَبِنَاءً عَلَى ذَلِكَ فَإِنَّهُ لَا يُقْضَى مِنْ صَلَاةِ اللَّيْلِ

لِمَنْ طَلَعَ عَلَيْهِ الْفَجْرُ

وَلَمْ يَكُنْ قَدْ صَلَّى صَلَاةَ اللَّيْلِ

فَإِنَّهُ لَا يُصَلِّي بَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ شَيْئًا مِنَ الصَّلَوَاتِ

إِلَّا الْوِتْرَ فَقَطْ دُونَ مَا عَدَاهُ

فَيُصَلِّيهِ بَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ

وَلَهُ أَحْوَالٌ لَعَلَّنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ عَنْهَا إِنَّ شَاءَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

فِي لِقَائِنَا الثَّانِي الْمُتَعَلِّقِ بِصَلَاةِ الْوِتْرِ وَأَحْكَامِهَا


Artikel asli: https://nasehat.net/bolehkah-mengqada-salat-sunah-syaikh-abdus-salam-asy-syuwaiar-nasehatulama/